Posted by Unknown

"..DARI SEBUAH RASA.."
..Melihat Badai Lautan Rasa..

...Situasi 6...


Indah dan bahagia. Pandangan damai pada selebar tasik itu, membuat rasa jiwa ku terbuai di pantai hati masih. Menikmati seluas samudera Cinta, Kasih dan Sayang ku terhadap Sang Permaisuri, aku tidak lagi gentar untuk menghadapi segala rupa kehilangan selainnya. Menatap ke dalam matanya, seperti aku sedang menatap sebuah pemandangan yang indah dari puncak pergunungan rindu. Asyik. Redup dari matanya, sangat mengasyikkan. Redup dari matanya, membawa seribu kisah pilu dalam hatinya yang inginkan sebuah kedamaian. Kedamaian yang dicari dan dijejakinya sejak bertahun lama dulu.

Aku ingin mengubah cerita itu. Aku ingin mengisi hatinya dengan Cinta, Kasih dan Sayang ku. Aku ingin melakarkan kisah-kisah kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hati dan seluruh hidupnya. Biar sehingga Sang Permaisuri tahu, betapa luasnya rasa yang wujud dalam dirinya, yang masih belum dikecapi. Biar Sang Permaisuri tahu, bahawa dunia rasa itu adalah inti dari seluruh kehidupan ini. Namun, apakah aku mampu untuk menyatakannya..? Apakah aku mampu untuk memberikan kepadanya segala cita jiwa kemurniannya..?

Malam yang dingin itu, aku memandang sayu ke dalam mata Sang Permaisuri ku. Selebar harapannya diucapkan pada ku, membuat aku tersentuh dan merasa bahawa itulah cita ku jua. Namun sehingga saat ini, aku tidak mampu untuk menyatakannya terhadap Sang Permaisuri. Kerana aku sebenarnya masih tidak pasti, apakah harapan itu disandarkan Sang Permaisuri kepada ku..? Apakah Sang Permaisuri benar-benar ingin mengecapi rasa itu bersama seorang marhaen seperti ku..? Aku terdiam. Dan aku berjalan mencari keyakinan diri. Aku ingin sekali menyatakan hal ini kepada Sang Permaisuri. Aku ingin!

Kebahagiaan! Kebahagiaan yang diharapkan Sang Permaisuri itulah yang aku maksudkan. Kebahagiaan yang tidak tersentuh oleh apa pun kecuali rasa perasaan itulah yang ingin aku mewahkan terhadap Sang Permaisuri. Namun di mana kekuatan ku selama ini..? Di mana kekuatan ku untuk aku sirami Sang Permaisuri denga Cinta, Kasih dan Sayang..? Aku merenung jauh ke hujung tasik saksi. Dengan harapan aku akan mendapatkan kekuatan itu. Dan aku harus menyatakannya. Aku tekad.

Aku memberanikan diri ku untuk merapati Sang Permaisuri. Dada ku bergetar, perasaan ku semakin memintal akal dan fikir ku. Namun entah dari mana datangnya kekuatan itu, aku sudah berdiri di hadapan Sang Permasuri yang masih duduk di kerusi. Sang Permaisuri memandang ku dengan senyuman yang sungguh manis. Tanpa suara. Sang Permaisuri terus memandang ku, seperti menanti dan merestui sesuatu dari ku. Aku merasa semakin kuat, memimpin Sang Permaisuri untuk berdiri, dan memeluknya erat. Sang Permaisuri dengan tanpa berkata apa-apa, perlahan merebahkan kepalanya di bahu ku. Pinggang ku didakap erat, seperti memberitahu bahawa dia tidak ingin kehilangan ku.

"..Sayang.. Saya nak Sayang bahagia, dan saya tak mahu Sayang bersedih.." suara ku perlahan di telinga Sang Permaisuri. Sang Permaisuri mengangguk perlahan dan kembali merebahkan kepalanya di bahu ku. Pelukan Sang Permaisuri semakin erat. Sepertinya meminta kepada ku agar mengotakan apa yang aku ucapkan.

Perlahan aku melepaskan dakapan itu. Sang Permaisuri memandang mata ku dan tersenyum. Kemudian mengalihkan pandangannya ke tasik saksi. Aku hanya menikmati pamandangan itu, melihat Sang Permaisuri yang nampak bahagia dan gembira. Tangannya ku genggam erat, ku cium dan aku mengajaknya berjalan. Aku dan Sang Permaisuri melangkah sambil bergandingan tangan menikmati suasana malam. Di langit, bintang-bintang sudah tidak kelihatan. Dan aku terus memimpin tangan Sang Permaisuri sehingga menghampiri sebuah jambatan di tasik saksi. Aku dan Sang Permaisuri melintasi jambatan dan berdiri ditengahnya, menghadap ke tasik saksi. Menikmati bias-bias cahaya lampu yang menari-nari dipermukaan tasik mengikut alunannya.

"..Sayang.. Sayang jangan campak saya dalam tasik tu ya..?" suara Sang Permaisuri kepada ku sambil tersenyum manis.

Aku tersenyum. Menikmati senyuman manja, hadiah Sang Permaisuri itu. Belum sempat ku menikmati senyuman Sang Permaisuri dengan sepuasnya, Sang Permaisuri memeluk ku erat dan mencium ke pipi ku. Aku dapat merasakan kebahagiaan Sang Permaisuri itu. Kebahagiaan yang aku harapkan kekal bersamanya.

"..Tak, saya tak campak Sayang.. Saya yang terasa nak terjun dalam tasik tu.." kata ku sedikit bersenda.

Kesunyian malam dipecahkan oleh gelak tawa Sang Permaisuri setelah mendengar kata ku yang seperti bodoh itu. Aku sekali lagi menikmati gelak tawanya yang menggambarkan bahawa dia bahagia saat itu. Sekali lagi Sang Permaisuri memeluk dan menghadiahkan sebuah kucupan ke pipi ku. Aku hanya membiarkan, kerana aku hanya ingin Sang Permaisuri bahagia dan gembira. Dan untuk kebahagiaan dan kegembiraan Sang Permaisuri, aku akan melakukan apa saja. Itu tekad ku.

Gerimis yang tadinya turun perlahan, semakin deras. Hujan. Hujan itu membuat aku dan Sang Permaisuri berlari kecil menuju ke sebuah pondok di tepi tasik saksi. Kebahagiaan dan kegembiraan ini, tidak sekali-kali tergugat oleh resahnya hujan yang menyimbah bumi. Semakin lama, hujan semakin lebat mencurah. Sang Permaisuri tidak sedikit pun menampakkan resah. Hanya aku yang resah dan bimbang kalau hujan itu tidak ingin berhenti sehingga nanti cerah.

Namun keresahan dan kebimbangan ku itu tidak sempat menyeruak masuk ke dalam fikir ku. Kerana Sang Permaisuri selalu membuatkan aku tersenyum dan merasa lucu. Tingkahnya yang manja dan nakal, membuatkan aku terlupa semua permasalah yang selama ini membebani kotak fikir ku. Dan di sini, aku hanya memikirkan Sang Permaisuri. Ya, aku hanya ingin berfikir tentang kebahagiaan dan kegembiraan bersama Sang Permaisuri ku malam ini.

Aku dan Sang Permaisuri tidak mati oleh halangan hujan yang turun mencurah. Dari satu kelakuan lucu ke satu kelakuan lucu Sang Permaisuri persembahkan. Dan aku hanya menikmati dan membiarkan Sang Permaisuri larut dalam kebahagiaan itu. Kerana aku tahu, Sang Permaisuri ku tidak pernah merasai saat kemanisan seperti itu. Kemanisan kecil dari warna-warna di dunia marhaen ku.

Semakin subuh. Hujan tetap tidak mahu berhenti. Aku lihat Sang Permaisuri semakin kesejukan dan sering memeluk ku. Aku mengusap tubuhnya agar dapat memberikan sedikit kehangatan padanya. Sesekali, mata aku dan Sang Permaisuri bertatapan rapat. Dan saat itu aku dan Sang Permaisuri saling merasai kehangatan nafas antara kami.

"..Sayang.. Apa yang Sayang rasa..?" tanya ku. Dan itulah yang sering aku pertanyakan pada Sang Permaisuri.

"..Sayang.. Saya rasa selamat bila bersama Sayang.. Saya sayang, Sayang.." lembut suara Sang Permaisuri saat melantunkan kata-kata itu.

Aku tersentak. Jantung ku semakin melajukan detak. "..Saya harap, Sayang akan bahagia bersama saya.. Dan saya akan berjuang untuk kebahagiaan dan kegembiraan mu itu, Sayang.." bisik hati ku sambil menatap ke dalam mata Sang Permaisuri. Sang Permaisuri yang semakin kesejukan, terus memeluk ku dan merebahkan kepalanya di bahu ku. Indah dan bahagia. Itu yang aku rasakan. Dan aku sangat mengharapkan agar Sang Permaisuri juga turut merasakannya.

"..Sayang.. Saya akan terus berjuang.. Berjuang untuk mengisi kebahagiaan dan kegembiraan Sayang.. Kalaulah kebahagiaan dan kegembiraan Sayang itu meminta penderitaan sebagai galang gantinya, saya akan merelakan diri saya yang menderita.. Menderita demi kebahagiaan dan kegembiraan Sayang.." bisik hati ku.

Malam itu, sehingga cahaya suram pagi muncul, aku dan Sang Permaisuri karam dalam melihat badai lautan hati. Dan aku mengharap itulah yang sering terulangi sepanjang hubungan ini. Kerana bagi ku, cukuplah Sang Permaisuri berbahagia. Cukuplah Sang Permaisuri dapat merasa tenang sebelum aku dijemput Yang Maha Esa......


...bersambung...

This entry was posted on Khamis, 2 Februari 2012 at 6:18 PG . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 ulasan

Catat Ulasan